Inilah Penyebab Sakit Kepala yang Menjengkelkan

Inilah Penyebab Sakit Kepala yang Menjengkelkan

Sakit kepala memang menjengkelkan. Berbagai cara pun dilakukan untuk mengurangi keluhan ini, seperti memperbanyak tidur, makan makanan yang panas, mengerik tubuh, hingga minum obat pereda sakit kepala. Beraneka cara mengatasinya, beraneka ragam pula penyebab sakit kepala.

Berikut ini adalah beberapa penyebab sakit kepala yang perlu diketahui, sehingga bisa mendapatkan penanganan yang tepat:

1. Keturunan

Sakit kepala yang dialami seseorang bisa didapat karena faktor keturunan. Sakit kepala yang dimaksud di sini adalah migrain. "Ada hubungannya dengan keturunan, misalnya migrain," kata dr Diatri Nari Lastri, Sp.S(K) dalam perbincangan dengan detikHealth, Rabu (5/3/2014).

Migrain adalah sakit kepala berdenyut dan seringkali terjadi hanya pada satu sisi kepala. Gejala migrain dapat bervariasi pada masing-masing orang dan juga dapat bervariasi dari satu serangan ke serangan berikutnya.

Dalam kebanyakan kasus, penderita migrain merasakan sakit berdenyut di salah satu sisi kepala (kadang-kadang menyebar ke kedua bagian kepala), dan biasanya disertai dengan mual atau muntah. Sebagian kecil penderita juga merasakan aura zigzag, lingkaran cahaya atau penglihatan kabur sebelum serangan datang.



Selain karena keturunan, sebagian besar peneliti tampaknya setuju bahwa migrain disebabkan oleh penurunan aliran darah ke sel otak. Hal ini pada gilirannya dapat menyebabkan penyempitan arteri, yang dipicu oleh faktor eksternal tertentu.

2. Banyak Pikiran

Orang yang banyak pikiran biasanya menjadi stres dan pada gilirannya memicu sakit kepala. "Bisa ada hubungannya dengan kejiwaan, kalau orang stres jadi sakit kepala," ujar dr Agus Subagio, Sp. THT.

Hal senada disampaikan dr Diatri Nari Lastri, Sp.S(K). "Bisa juga, misalkan karena stres banyak pikiran, kalau nyeri-nyeri itu, nyeri di kepala, punggung atau di mana saja, itu bisa ada hubungannya dengan depresi karena stres," ucapnya.

Studi di Jerman mengamati lebih dari 5.000 partisipan selama dua tahun, di mana peneliti menemukan makin stres seseorang maka makin besar peluangnya untuk mengalami sakit kepala menegang dan migrain. Bahkan peneliti dapat menyimpulkan untuk penambahan skala stres setiap 10 poin, risiko sakit kepala yang dilaporkan partisipan bertambah sebanyak 6,3 persen.

Solusi: Mendapatkan terapi pemijatan, terutama saat stres berlangsung. Tim peneliti dari University of Granada menemukan 30 menit memijat kepala dengan teknik khusus yaitu memfokuskan pijatan pada satu titik utama sakit kepala, dapat menurunkan tingkat kecemasan sekaligus ketegangan yang berhubungan dengan sakit kepala.

3. Sinus

"Sakit kepala bisa karena flu dan sinus," kata dr Agus Subagio, Sp. THT.

Ya, sakit kepala memang bisa menyertai penderita sinusitis. Karena sebuah inflamasi dari sinus, suatu peradangan pada sinus, rongga di tengkorak, maka penderita akan mengalami sakit yang mendalam, sakit terus menerus di sekitar dahi, tulang pipi dan hidung.

Selain itu, gerakan kepala tiba-tiba akan mengintensifkan rasa sakit. Gejala lainnya seperti debit lendir, demam, pembengkakan pada wajah atau rasa sakit pada gigi bagian atas.

Sakit kepala karena sinus bisa diobati dengan dekongestan dan antihistamin. Tapi dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter jika rasa sakit dirasakan lebih lama dari sepuluh hari.

4. Kurang Air

Air memang penting bagi tubuh. Terbukti jika tubuh kekurangan air, bisa menyebabkan aneka keluhan. Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan tim peneliti dari Belanda. Peneliti membagi penderita sakit kepala rutin menjadi dua kelompok, salah satunya diminta mengonsumsi enam gelas air putih ekstra tiap harinya, yang mana hasilnya hampir separuh partisipan dalam kelompok ini mengalami penurunan rasa nyeri dan tingkat keparahan sakit kepala.

Pada kelompok yang tidak minum air putih, penurunan hanya terjadi pada 25 persen partisipan saja. Ini artinya dehidrasi menyebabkan volume darah menjadi drop sehingga pembuluh darah melebar lalu memicu sakit atau nyeri di kepala.

5. Tegang

Sakit kepala karena tegang merupakan jenis sakit kepala yang paling umum. Penderitanya akan merasa sakit konstan atau tekanan di sekitar kepala, terutama di pelipis atau belakang kepala dan leher. Tidak separah migrain, sakit kepala karena tegang biasanya tidak menyebabkan mual atau muntah, dan jarang menghentikan kegiatan sehari-hari.

Para ahli percaya bahwa sakit kepala ini mungkin disebabkan oleh kontraksi otot-otot leher dan kulit kepala (termasuk dalam respons terhadap stres), dan mungkin menyebabkan perubahan dalam kimia otak. Obat-obatan yang bisa membantu antara lain aspirin, ibuprofen, atau acetaminophen (Tylenol).

6. Penyakit Serius

"Sakit kepala bisa karena sakit gigi, atau ada tumor, gangguan mata, atau ada infeksi di otak," kata dr Diatri Nari Lastri, Sp.S(K).

Menurut dr Miriam Stoppard seperti dikutip dari Mirror, sakit kepala berat disertai demam, leher kaku dan ruam bisa jadi merupakan tanda meningitis, yakni suatu kondisi di mana selaput yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang meradang. Sedangkan sakit kepala mendadak yang terasa seperti pukulan di bagian belakang kepala bisa menjadi perdarahan subarachnoid, di mana perdarahan terjadi antara selaput yang menutupi otak.

Sedangkan pada orang tua, kulit kepala yang terasa sakit bisa terjadi karena arteritis temporalis, di mana pembuluh darah di kepala menjadi meradang.

Jika dokter Anda mencurigai ada kondisi tertentu yang membuat kepala Anda sakit, mungkin Anda perlu menjalani tes, seperti CT scan atau MRI otak. Selain itu Anda mungkin juga perlu mendengar pendapat ahli saraf.


Sumber :
DetikHealth